Minggu, 30 Oktober 2011

Detik-detik Tenggelamnya Kapal Titanic

Penggambaran ini begitu dramatis, meskipun secara historis tidak akurat, bencana kapal Titanic tegas menunjukkan naiknya air laut dari permukaan.
"Suara orang-orang yang tenggelam adalah sesuatu yang saya tidak bisa menjelaskan kepada Anda - dan tidak dapat orang lain. Itu suara yang paling mengerikan - dan ada keheningan mengerikan yang mengikutinya." Ms Eva Hart, korban Titanic yang selamat Titanic pesan terakhir yang dikirim (di atas kanan) berbunyi: "SOS, SOS (tanda bahaya baru) cqd, cqd (tanda bahaya yang lama) mgy (panggilan radio Titanic huruf) Kita tenggelam dengan cepat - penumpang yang sedang dimasukkan ke dalam perahu .. mgy Malam Minggu 11:35 - 14 April 1.912-400 mil dari Grand Banks, Newfoundland Baru Tinggi di sarang burung gagak depan tiang yang mendukung antena nirkabel, pengawas Fredrick Fleet dan Reginald Lee tegang mata mereka dalam kegelapan untuk es yang tidak diinginkan yang mungkin berada di jalan kapal besar. Udara dingin dan kering dan angin Atlantik Utara ditingkatkan oleh kapal besar di dekat sisi kecepatan menyengat wajah kedua pria itu. Langit cerah dihiasi bintang lebih daripada pikiran dapat mengerti, air tenang dan masih sebagai kolam; sangat tenang untuk Atlantik Utara pada bulan April. "Ini adalah malam yang gelap juga, tanpa cahaya bulan ... Dan para pengintai tidak punya teropong ; satu-satunya pasangan yang tersisa kembali di Southampton. "Lookout Reginald Armada. (Kesaksian pada penyelidikan Permintaan Senat AS "The Wreck dari kapal uap Titanic.") Karena campuran di menit terakhir petugas pergeseran tugas dan posisi, mencari kru tanpa teropong. Peralatan berteknologi tinggi seperti teknologi inframerah, sonar, sistem penentuan posisi global, dan radar masih banyak jauh dari penemuan. Mengintip lurus ke depan ke dalam kegelapan, Armada menyipitkan mata untuk melihat apakah ia dapat mengidentifikasi gelap besar massa yang dengan cepat tumbuh dalam ukuran kapal yang dibuat jauh di depan. "Ya Tuhan!" katanya, sambil mengulurkan tangannya untuk meraih tali menarik kapal bel yang dipasang di tiang, Armada memberikannya cincin 3 tradisional menunjukkan sebuah objek terlihat. Ia meraih telepon sarang burung gagak untuk mendengar suara kapal di 6 perwira di bawah jembatan. "Apa yang Anda lihat?" tanya suara cemas. "Iceberg tepat di depan!," Adalah jawaban Armada. Petugas dengan cepat mengakui "Terima kasih," dan petugas itu menutup telepon. "Iceberg kanan depan!" diulang lagi di jembatan. Perwira pertama cepat memandang keluar dari jendela jembatan kapal. Melihat iceberg menjulang dari busur, ia berbalik dan berteriak "Hard astarboard" ke intendan roda merawat kapal-kapal di ruang kemudi. Pada saat yang sama petugas mengulurkan tangan kepada telegraf dan kapal berdering dalam urutan "semua berhenti" dan kemudian "semua terbalik penuh." Quartermaster sekarang memiliki roda kapal berputar lebih dari sejauh itu akan pergi. Orang-orang di jembatan itu mengintip ke depan untuk melihat apakah helm akan menanggapi pada waktunya. Hal ini diyakini sebagai foto Titanic menghantam gunung es. Foto diambil oleh kabel kapal MacKay-Bennett disewa oleh White Star Line dan dikirim untuk memulihkan Titanic mati di dalam air. The iceberg seharusnya mendapatkan perhatian dari MacKay-Bennett karena fakta bahwa ada bekas-bekas cat merah dan hitam jelas pada basis bergs.
Perwira pertama merasakan perasaan sedikit lega ketika itu menjadi jelas bahwa kapal itu akan menghindari tabrakan dengan gunung es raksasa. Haluan kapal datang sekitar dengan sangat lambat, tetapi pukulan itu tak terelakkan. Sama seperti itu tampak seperti kapal raksasa yang akan lolos tanpa cedera, sedikit gemetar dan getaran terasa di jembatan ketika kapal menabrak yang berg di sisi kanan. Satu penumpang kemudian membandingkan rasa dampak ke kapal sebagai bahwa dari "bergulir lebih dari satu juta kelereng." Secara harfiah berton-ton es mulai jatuh ke depan kapal daerah dan di ke depan dek baik sebagai berg cepat berlalu. Sebagian besar penumpang kapal tidak mengetahui apa-apa yang terjadi. Beberapa kartu pemain dan mereka terlambat menikmati minum merasakan sedikit jar dan keluar ke geladak kapal pada waktunya untuk melihat berg astern menghilang ke dalam kegelapan. Sebagai tindakan pencegahan, Titanic's First Officer William Murdoch sekarang mengulurkan tangan dan mengaktifkan saklar listrik yang akan menurunkan pintu kedap air kapal di bulkheads yang dibagi kapal. Titanic's Captain, Edward J. Smith, telah tidur di ruang diagram setelah meninggalkan perintah: "Jika ia menjadi sama sekali ragu beri tahu sekaligus." Dia sekarang di atas jembatan. Melihat perwira pertama ia bertanya "Apa yang telah kita menyerang?" "Sebuah gunung es, Sir", adalah jawabannya. Kapten Smith memanggil tukang kayu kapal Thomas Andrews, salah satu dari desainer Titanic Harland & Wolff pembuat kapal. Andrews bepergian pada pelayaran pertama Titanic untuk bekerja keluar setiap "bug" yang mungkin terjadi dengan kapal baru. Kedua pria itu diminta untuk melakukan inspeksi visual untuk mengakses kerusakan kapal dan melaporkan kembali. Dua puluh menit kemudian, Kapten Smith terlalu sadar akan nasib kapalnya, dan sama-sama menyadari fakta bahwa Titanic sekoci akomodasi jauh lebih sedikit daripada jumlah penumpang dan awak kapal. Smith akan sekarang untuk pertama kalinya dalam hampir 40 tahun di laut, memberikan perintah untuk meninggalkan kapal. Ia menyatakan kepada petugas perlunya ketenangan dan ketertiban di evakuasi. Perintahnya adalah untuk melihat bahwa awak memberitahu semua orang di kapal dan melaporkan ke dek perahu dengan lifebelts on. Perintah itu diberikan kepada ayunan keluar perahu.
Sekarang, pada 12:05, hanya 30 menit sejak awalnya terlihat berg, sekoci itu tidak terungkap, dan kapal mulai mengambil saus yang nyata ke depan. Para lapangan squash, 32 meter di atas tingkat keel kapal, yang terapung-apung. Penumpang (kebanyakan kelas pertama, yang paling dekat dengan perahu dek) mulai muncul di dek, banyak yang baru saja menyelipkan mantel di atas pakaian dan malam mereka tidak menyadari keseriusan situasi. Titanic band kecil, di bawah kepemimpinan Wallace Hartley, keluar ke geladak kapal dan mulai memainkan medley dari ragtime ceria turnes untuk tetap semangat. Sekoci sekarang menurunkan, yang pertama tapi setengah penuh. Penumpang yang ragu-ragu untuk mendaki dalam, berpikir seluruh prosedur itu tidak perlu. Orang-orang berkata "Ini tidak mungkin kapal tenggelam, itu seharusnya yg tak dpt tenggelam" Kenyataan mengerikan ini menjadi lebih jelas Namun seiring waktu berlalu. Sebuah raungan memekakkan telinga hadir sebagai stokers batubara sedang menarik keluar api dan menghilangkan tekanan dari boiler untuk mencegah ledakan dari air laut dingin mengalir deras dari perut kapal. Desis tertekan roket yang ditembakkan ke atas ke dalam kegelapan geli atas kepala anak-anak sebagai orangtua mereka mencoba untuk mendapatkan mereka naik sekoci. Bagian haluan Titanic sekarang benar-benar di bawah air dan tegas mulai meningkat. Lebih banyak orang dari bawah yang sekarang bekerja dengan cara mereka keluar ke geladak kapal, tetapi ada sangat sedikit sekoci yang tersisa. Beberapa perahu terakhir telah terisi penuh. "Perempuan dan Anak-anak pertama" adalah aturan umum. Beberapa orang diam-diam menepi, beberapa telah melompat ke perahu kehidupan ketika mereka menurunkan. Ada yang sudah menyelam ke air dari geladak. Secara keseluruhan tidak ada panik; belum. Titanic sekarang mengasumsikan daftar yang mengerikan. Itu telah menjadi jelas bagi semua kapal bahwa kapal itu memang akan tenggelam. Kapten Smith secara pribadi pergi ke gubuk nirkabel dan menginstruksikan operator Bride dan Phillips untuk mengirim keluar panggilan darurat, dan memberikan posisi kapal. Kapal Cunard, Carpathia adalah 58 mil jauhnya, tapi masih 4 jam keluar. Ia memberi isyarat bahwa ia sedang dalam perjalanan, tapi Kapten Smith tahu Titanic akan pergi sebelum ia datang. Item di dalam kapal terdengar menabrak dinding menuju haluan tenggelam, seperti Titanic terakhir membuatnya "headstand". Boiler mulai merobek dari tempat tidur mereka dan menghancurkannya melalui bulkheads. Satu selamat kemudian membandingkan suara gemuruh guntur di kejauhan. Orang-orang berjuang untuk naik ke bagian belakang kapal yang mulai meningkat dalam upaya sia-sia untuk mencari daerah yang lebih tinggi dari air yang berputar-putar. Tiba-tiba, sebuah gelombang raksasa menyapu geladak sebagai air memenuhi kompartemen tersisa, menyapu banyak laut. Perlahan-lahan, liner raksasa sekarang mulai menyelam terakhirnya dalam posisi yang hampir tegak lurus. Lampu nya berkedip-kedip beberapa kali, kemudian keluar untuk selamanya sebagai buritan menghilang dari permukaan. Jeritan dan erangan bisa terdengar dari mereka yang berjuang dalam air dingin. Beberapa penumpang di sekoci ingin kembali untuk mengambil jiwa-jiwa malang ini tapi dengan cepat diberitahu oleh orang lain bahwa mereka pasti akan kebanjiran jika mereka mencoba. Hebatnya, beberapa wanita yang sama yang protes kepada petugas di geladak kapal tentang suami-suami mereka tidak diperbolehkan untuk naik, adalah sama yang protes kembali untuk menyelamatkan orang-orang di dalam air. Teriakan dengan cepat memudar satu per satu sebagai korban kehilangan kesadaran dan menyerah pada nasib mereka. Dua perahu, satu perahu di bawah komando perwira yang masih hidup 5 Harold Lowe berhasil mengambil beberapa dari air setelah memindahkan penumpang dari satu sekoci dengan dua kapal. Perahu lain, di bawah tuduhan Seaman Perkis, berhasil untuk menjemput ketiga korban dari air dingin.
Beberapa jam kemudian penumpang yang tersisa dalam sekoci melihat roket berwarna hijau naik di kejauhan. Itu adalah Carpathia, ia menandakan bahwa dia sudah dekat. Sekitar 2.227 penumpang di kapal Titanic, hanya 705 selamat. Setelah bencana Titanic, Armada bekerja untuk waktu yang singkat (Juni-Agustus, 1912) di Olimpiade sebagai seorang pelaut. Sayangnya, White Star Line memandang mantan anggota awak kapal Titanic bekerja di kapal WSL lain baik sebagai memalukan bagi perusahaan dan sebagai "pertanda buruk" di mata penumpang. Ia berlayar dengan Union-Puri Mail kapal uap Co bekerja berbagai posisi dan meninggalkan laut pada tahun 1936. Dia bekerja sebagai pembuat kapal untuk Harland dan Wolff's Southampton galangan kapal selama Perang Dunia II setelah itu ia menjadi penjaga malam sekali lagi, untuk Uni-Puri Line. Dalam tahun-tahun berikutnya, ia menjual koran di sudut jalan di Southampton.

Kamis, 27 Oktober 2011

Percakapan Bayi dan Tuhan


          Pada suatu pagi yang cerah, seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia. Dia bertanya kepada Tuhan,
Bayi : "Para malaikat di sini mengatakan bahwa besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara saya hidup di sana? saya begitu kecil & lemah."
Tuhan : "Telah aku pilihkan 1 malaikat untukmu. Ia akan menjaga dan mengasihimu."
Bayi : "Tapi di sini di dalam surga apa yang pernah kulakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa. Ini sudah cukup bagi saya."
Tuhan : "Malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya dan menjadi lebih berbahagia."
Bayi : "Dan bagaimana saya bisa mengerti saat orang-orang berbicara kepadaku jika saya tidak mengerti bahasa mereka?"
Tuhan : "Malaikatmu akan berbicara kepadamu dengan bahasa yang terindah yang pernah engkau dengar dan dengan penuh kesabaran dan perhatian dia akan mengajarkanmu bagaimana cara berbicara."
Bayi : "Apa yang akan saya lakukan saat saya ingin berbicara kepadaMu?"
Tuhan : "Malaikatmu akan mengajarkanmu bagaimana caranya berdoa."
Bayi : "Saya dengar bahwa di bumi banyak orang yang jahat, siapakah nanti yang akan melindungi saya?"
Tuhan : "Malaikatmu akan melindungimu meskipun hal tersebut akan mengancam jiwanya sendiri."
Bayi : "Tapi saya pasti akan sedih karena tidak melihatMu lagi."
Tuhan : "Malaikatmu akan menceritakan padamu tentang-Ku dan akan mengajarkan bagaimana caranya agar kamu bisa kembali kepada-Ku, walaupun sesungguhnya Aku senantiasa selalu berada di sisimu."
Suasana di Surga pada saat itu begitu tenangnya sehingga suara-suara dari Bumi dapat terdengar  oleh sang bayi, dan dengan suara lirih sang bayipun kembali bertanya.
"Tuhan, jika saya harus pergi sekarang, bisakah Engkau memberitahukan aku nama malaikat tersebut?"
Jawab Tuhan,
....."Kamu akan memanggil malaikatmu, Ibu."

Selasa, 18 Oktober 2011

MENGUNGKAP MISTERI SUPERSEMAR : BENARKAH BUNG KARNO DITODONG PISTOL UNTUK TANDA TANGAN?


Mendadak pintu kamar Bung Karno diketuk pengawal. Ada perwira Angkatan Darat yang ingin bertemu presiden. Mereka diutus oleh Suharto. Salah seorang jendral. diantaranya membawa  sebuah map berwarna Merah. Di dalamnya berisi naskah yang mesti ditandatangani Sukarno.
Sukarno tidak serta merta menanda tangani naskah tersebut. Dia sempat bertanya tentang mengapa kop surat itu dari Markas Besar Angkatan Darat. Seharusnya Surat Perintah itu ber-kop surat kepresidenan. Tapi pertanyaan Sukarno hanya dijawab Jendral Basuki Rachmat, “Untuk membahas, waktunya sangat sempit. Paduka tandatangani saja”.
Demikian penuturan salah seorang saksi hidup, yaitu : mantan pengawal Presiden Sukarno, yg bernama Sukardjo Wilardjito dalam kesaksiannya. Sesudah jatuhnya presiden Sukarno.
Sukardjo sendiri pernah dipenjara oleh rezim Orba selama 14 tahun tanpa proses pengadilan, termasuk mngalami berbagai penyiksaan, disetrum puluhan kali dan dipaksa untuk mengaku sebagai seorang PKI.
Sukardjo ini pernah mengejutkan orang dengan kesaksiannya yang bersikukuh menyatakan Basuki Rachmat dan M Panggabean menodongkan pistol ke muka Sukarno karena bimbang menandatangani. Melihat itu, Sukardjo sebagai pengawal presiden secara refleks mencabut pistol untuk melindungi presiden. Namun meletakkan pistolnya kembali, karena Sukarno tidak ingin melihat adanya pertumpahan darah. Surat yang akhirnya ditandatangani Sukarno itu dikenal kemudian dengan nama Supersemar. Surat Perintah Sebelas Maret.
Sukardjo juga bersaksi bahwa yang menghadap Sukarno adalah empat jendral dan bukan tiga jendral seperti yang disebutkan selama ini. Keempat jendral utusan Suharto itu adalah M. Yusuf, M. Panggabean, Amir Machmud dan Basuki Rachmat. Biarpun ada yang masih meragukan kesaksian Sukardjo itu, tapi dia tetap berpegang pada kesaksiannya itu. Kemudian malah menulis kesaksiannya di bukunya berjudul “Mereka Menodong Bung Karno”.
 
     Sukardjo Wilardjito

Sukardjo ini pernah mengejutkan orang dengan kesaksiannya yang bersikukuh menyatakan Basuki Rachmat dan Panggabean menodongkan pistol ke muka Sukarno karena bimbang menandatangani. Melihat itu, Sukardjo sebagai pengawal presiden secara refleks mencabut pistol untuk melindungi presiden. Namun meletakkan pistolnya kembali, karena Sukarno tidak ingin melihat terjadinya pertumpahan darah. Surat yang akhirnya ditandatangani Sukarno itu dikenal kemudian dengan nama Supersemar. Surat Perintah Sebelas Maret.
Sukardjo juga bersaksi bahwa yang menghadap Sukarno adalah empat jendral dan bukan tiga jendral seperti yang disebutkan selama ini. Keempat jendral utusan Suharto itu adalah M. Yusuf, M. Panggabean, Amir Machmud dan Basuki Rachmat. Biarpun ada yang masih meragukan kesaksian Sukardjo itu, tapi dia tetap berpegang pada kesaksiannya itu. Kemudian malah menulis kesaksiannya di bukunya berjudul “Mereka Menodong Bung Karno”.

Kesaksian Sukardjo bahwa Sukarno ditodong, pernah dibantah M. Yusuf dan Panggabean sendiri. Kesaksian itu juga dibantah oleh A.M. Hanafi mantan Dubes RI di Kuba, dalam bukunya “Hanafi Menggugat”. Sehingga kebenaran kesaksian Sukardjo itu masih perlu ditelusuri lagi. Benarkah demikian?

Ditodong atau tidak, rasanya Sukarno bukan orang yang mudah digertak. Bagaimanapun, apapun alasan Sukarno menandatangani naskah Supersemar, pada dasarnya kesaksian Sukardjo itu menggambarkan situasi yang tidak kompromistik. Situasi yang membuat Sukarno terjepit. Tak ada waktu bernegosiasi. Pokoknya teken sekarang! Ada bau konspirasi di balik itu.

Dan hasilnya adalah lahirnya Surat Perintah 11 Maret atau Supersemar. Bung Karno menyebutnya dengan istilah SP Sebelas Maret. Sesudah menandatangani surat itu, Bung Karno masih sempat mengatakan, bahwa surat itu mesti dikoreksi kalau keadaan sudah pulih. Permintaan itu tidak pernah terwujud, karena ketika menandatangani surat itu, tanpa disadari Sukarno sedang menandatangani kejatuhannya.

Sesudah penandatanganan Supersemar, boleh dikatakan wahyu sebagai pemimpin seakan sudah tercabut dari Sukarno. Sebagai presiden, Sukarno sudah menandatangani ribuan surat. Tapi tandatangannya di surat yang satu ini, Supersemar, menjadi pedang yang menghunus kekuasaannya sendiri.
Kita tahu, Supersemar adalah surat mandat Sukarno pada Suharto untuk mengamankan negara yang kacau akibat G30S PKI. Belakangan mandat Supersemar ini ternyata dijadikan legitimasi untuk mengambil alih kekuasaan yang menyingkirkan Sukarno. Dengan Supersemar itu Suharto memperoleh surat sakti, kemudian bergerak cepat meraih kursi presiden.
Bung Karno yang sadar bahwa Supersemar ternyata dimanipulasi, dalam pidatonya berteriak “Jangan jegal perintah saya! Jangan saya dikentuti!”. Ini ekspresi kemarahan Sukarno kepada orang-orang yang dianggapnya telah menipunya, melangkahinya dan membangkang perintahnya.
                                                         Naskah Supersemar yang diragukan keasliannya


 Menjelang kejatuhannya, Bung Karno mulai agak kehilangan kontrol diri. Itu tampak dari pidato-pidatonya yang emosional. Tampaknya Bung Karno mulai frustrasi. Dia sudah mulai merasa ditinggalkan dan dikhianati oleh orang-orang sekitarnya.
Salah satunya yang bikin Sukarno merasa dikentuti, seperti katanya, adalah Supersemar tadi. Bagaimana tidak? Bung Karno merasa Supersemar diplintir! Padahal Supersemar dimaksudkan Sukarno untuk memberi mandat pada Suharto agar segera memulihkan keamanan negara, bukan melengserkannya.
Kecurigaan Sukarno bahwa ada persekongkolan yang berniat memanipulasi Supersemar, tercermin dari pidatonya. Ketika itu Bung Karno mulai melihat tanda-tanda Supersemar yang disebutnya SP 11 Maret itu mulai “dimainkan” oleh Suharto. Karena itu Bung Karno menekankan berkali-kali, dirinya tidak bermaksud mengalihkan kekuasaannya pada Suharto.
Kata Bung Karno, “Dikiranya SP Sebelas Maret adalah surat penyerahan pemerintahan. Dikiranya SP Sebelas Maret itu, suatu transfer of sovereignty. Transfer of authority”. Padahal TIDAK! SP Sebelas Maret adalah suatu perintah. SP Sebelas Maret adalah suatu perintah pengamanan. Perintah pengamanan jalannya pemerintahan. Pengamanan jalannya ini pemerintahan. Seperti kukatakan dalam pelantikan kabinet. Kecuali itu juga perintah pengamanan keselamatan pribadi Presiden. Perintah pengamanan wibawa Presiden. Perintah pengamanan ajaran Presiden. Perintah PENGAMANAN beberapa hal”.
Berdasarkan pidato Sukarno di atas, timbul kecurigaan orang. Mungkinkah Supersemar “sengaja” dinyatakan hilang? Betulkah naiknya Suharto sebagai presiden adalah inskonstitusional karena bertentangan dengan amanat Supersemar? Dan karenanya Supersemar mesti lenyap secara misterius? Apakah bisa dipercaya begitu saja bahwa dokumen negara sepenting itu bisa hilang?
Dua naskah Supersemar di Arsip Nasional disebutkan hanya fotocopy. Yang janggal, dua naskah itu tidak mirip karena diketik dengan spasi berbeda. Pertanyaannya, yang manakah di antara kedua naskah itu yang otentik? Atau apakah malah keduanya sama-sama tidak otentik?
Menurut kesaksian staf intel Komando Operasi Tertinggi Gabungan-5 (G-5 KOTI) Salim Thalib, naskah Supersemar yang dikenal sekarang adalah palsu. Selain aslinya tidak serapi itu, isi naskah juga tidak sama dengan naskah aslinya.
Jadi betulkah tuduhan beberapa kalangan yang menyamakan ini dengan usaha penghilangan barang bukti? Kalau memang Supersemar tidak diplintir, apa buktinya bahwa Supersemar itu tidak diplintir?
Sebetulnya kenapa Supersemar itu mesti dirancang dan Sukarno mesti dipaksa menandatangani? Ada banyak teori konspirasi rumit tentang ini. Tapi saya tertarik dengan teori berikut ini.
Latar belakangnya tak lepas dari persaingan antara PKI dan Angkatan Darat. Sebelum terjadinya G30S, persaingan antara PKI dan Angkatan Darat sudah dalam taraf saling jegal menjegal. Bahkan PKI sampai ingin membangun “Angkatan Kelima” dalam militer.
PKI ingin menggeser Angkatan Darat. Dan Angkatan Darat ingin menggeser PKI. Apalagi ketika itu Sukarno sudah mulai sakit-sakitan. Mungkin usianya tidak lama lagi. Pokoknya siapa cepat, dia dapat. Antara PKI dan Angkatan Darat sudah betul-betul sikut-sikutan.
Begitu meletus konspirasi G30S, inilah kesempatan Angkatan Darat untuk menghancurkan saingan beratnya itu. Tak ada ampun, pokoknya PKI harus musnah. Dan penghancuran itu akan lebih afdol jika presiden sendiri yang mengumumkan pembubaran PKI. Soalnya yang punya hak untuk membubarkan partai politik cuma presiden. Itu adalah hak prerogatif presiden. Tapi tunggu punya tunggu, Sukarno kok belum mau juga membubarkan PKI. Bagaimana ini?

Angkatan Darat melalui tangan Suharto pun mengambil jalan pintas. Potong kompas. Caranya, harus dibuat sebuah surat perintah yang telah terkonsep, yang membuat Angkatan Darat jadi punya alasan yuridis melibas PKI. Konsep surat itu pun dibuat. Konsep Supersemar. Isinya perintah presiden kepada Angkatan Darat (Suharto) untuk mengamankan negara. Nah, dengan dalih mengamankan negara inilah Angkatan Darat jadi punya alasan mengganyang habis PKI. Angkatan Darat memang berlomba dengan waktu. Harus bergerak cepat. Kalau tidak, PKI bisa kembali bangkit mengumpulkan kekuatan dan mendepak jauh-jauh Angkatan Darat dari panggung kekuasaan. Now or never! Jadi sekarang Angkatan Darat tidak boleh kalah cepat!
Setelah itu Suharto memerintahkan para Jendral tadi untuk membawa surat itu kepada Sukarno. Dengan pesan khusus, “pokoknya harus ditandatangani Sukarno”.
Begitu Supersemar ditandatangani, itulah awal aksi pedang Orba. Nampaknya tanda tangan Sukarno tadi adalah pembuka jalan bagi pelaksana Supersemar untuk mengamankan yang bisa diamankan. Sesudah itu terjadi tragedi mengenaskan. Di segala pelosok negeri berkubang darah jutaan rakyat dengan alasan pembasmian PKI demi keamanan negara. Korbannya tidak saja PKI, tapi juga orang-orang yang tiba-tiba di-PKI-kan atau dipaksa mengaku PKI. Berjuta rakyat mendadak tak bermasa depan dan terampas haknya karena dicap PKI.
Tak kurang Sukarno sendiri turut menjadi korban. Sukarno mengatakan dia mengutuk sekeras-kerasnya Gestok (G30S PKI). Pelakunya harus dihukum, kalau perlu ditembak mati. Tapi orang yang memperuncing peristiwa G30S PKI, hingga terjadi provokasi membenarkan pembunuhan jutaan rakyat juga harus diadili. Apakah Sukarno bermaksud menujukan ini pada Suharto?
Yang jelas, sesudah pernyataan Sukarno itu, terjadi de-Sukarnoisasi. Kita tahu bagaimana Sukarno diisolasi, dituduh terlibat G 30 S PKI tanpa bukti yuridis.
Tentu saja tuduhan itu aneh. Karena bagaimana mungkin Sukarno dituduh melakukan kudeta terhadap dirinya sendiri? Buntutnya, semua yang berhubungan dengan Sukarno menjadi tabu dibicarakan di masa Orba. Bahkan beberapa departemen men-non-aktif-kan pegawai yang ketahuan pro-Sukarno.
Setelah skenario berjalan seperti harapan, “para perancang” Supersemar lalu mabuk kemenangan. PKI yang dulu jadi saingan utamanya untuk merebut “kursi Sukarno” sudah tersungkur. Dan Sukarno sang pemilik kursi juga sudah dipaksa meninggalkan kursinya. Suharto tak menyia-nyiakan kesempatan. Kursi yang kosong tanpa pemilik itu harus diapakan lagi kalau bukan diduduki?
Dan ketika kursi Sukarno tadi diduduki Suharto, di situlah awal mula kasak kusuk politik tentang “penyelewengan Supersemar”. Apakah betul tuduhan bahwa ada permainan sistematis Amerika di balik semua ini?
Yang jelas, dengan diselewengkannya maksud Supersemar, yang paling berbahagia adalah Amerika. Karena itu berarti jatuhnya Sukarno. Akhirnya mimpi Amerika terkabul sudah. Terang-terangan Amerika menyatakan jatuhnya Sukarno sebagai kemenangan Amerika. Presiden Richard Nixon menggambarkan kemenangan itu sebagai, “Hadiah terbesar dari Asia Tenggara”. Sudah jelas. Karena hadiah sesungguhnya terletak pada kekayaan alam Indonesia yang menanti untuk dikuras. Dan batu penghalang yang menghalang-halangi Amerika menguras alam Indonesia, yaitu Sukarno, sudah dibikin terjungkal. Inilah awal kemenangan Amerika yang sejak 10 tahun sebelumnya ingin menggulingkan Sukarno.
Bung Karno berhasil mengusir penjajahan Belanda. Tapi setelah itu Bung Karno ambruk oleh Amerika. Mungkin karena cara Amerika lebih cerdik. Soalnya Amerika tidak memegang gagang keris secara langsung untuk menikam Sukarno. Keris itu diserahkannya kepada rakyat Sukarno sendiri, yang menghujamkannya langsung ke presidennya sendiri, di antaranya melalui provokasi perebutan kekuasaan dan akhirnya menunggangi G30S.
Pasca G30S, rakyat menjadi sangat takut dengan yang kekiri-kirian. Ini artinya Indonesia meninggalkan Rusia dan berpaling ke Amerika.
Dan setelah Supersemar dijadikan surat sakti untuk memberantas sisa-sisa G30S, lalu pemegang Supersemar diangkat menjadi presiden, Indonesia berubah haluan 180 derajat. Hampir semua jabatan vital dipegang oleh perwira Angkatan darat. Sehingga rakyat berbisik takut-takut dan bertanya siapa sebetulnya yang meng-kup Sukarno?
Di bawah pemerintahan yang hampir semuanya orang militer, rakyat Indonesia jadi takut dan kapok dengan yang segala yang berbau kiri. Semua orang tiba-tiba saja beragama. Banyak orang tiba-tiba rajin ke mesjid dan ke gereja. Soalnya takut dituduh PKI. Sehingga kiblat Indonesia berganti ke Amerika, tidak lagi ke Blok Timur. Rusia yang tadinya sahabat Indonesia sekarang menyingkir. Amerika jingkrak-jingkrak! Soalnya mimpi mereka untuk menancapkan kuku di Indonesia akhirnya terwujud.
Indonesia yang di bawah tanahnya banyak mengandung emas dan minyak itu akhirnya jatuh ke pelukan Amerika. Apa buktinya?
Kepentingan Amerika cuma satu. Pokoknya modal Amerika mesti masuk ke Indonesia. Hasilnya? Begitu pemegang Supersemar diangkat menjadi Presiden menggantikan Sukarno, maka produk undang-undang pertama yang digodok adalah RUU Penanaman Modal Asing Tahun 1967.
Setelah lahir UU Penanaman Modal Asing, sebut saja sumber daya alam mana di Indonesia yang sampai sekarang tidak dikuasai Amerika?



Jumat, 14 Oktober 2011

SEJARAH SINGKAT BANYUMAS


Kerajaan  Galuh  Purba
Top Web Hosting | | accountant website design
Abad  III  -­  IV
Van   der   Meulen   (1988):   (Indonesia   di   Ambang   Sejarah   -­   Kanisius)   menyatakan   bahwa   pendatang-­ pendatang   dari   tanah   Kutai   dating   ke   tanah   Jawa   jauh   sebelum   abad   ke   3   Masehi.   Pendatang-­ pendatang   itu   masuk   dari   pantai   Cirebon   dan   menetap   di     pedalaman   sekitar   gunung   Cerme, gunung  Slamet  dan  lembah  sungai  Serayu.
Kerajaan   Galuh   Purba   dibangun   oleh   pendatang   yang   menetap   di   kawasan   Slamet   (Ratu   Galuh), kemungkinan  kerajaan  bernama  Galuh  Sinduala  (  Bojong  Galuh)  dan  beribukota  di  Medang  Gili  (78 M)   Namun   ini   masih   di   ragukan   karena   Bahasa   dan   tulisan   sansekerta   belum   di   kenal   luas   pada jaman  itu. 
Pada  abad  1  –  6    banyak  kerajaan  yang  memakai  kata  Galuh  selain    kerajaan  Galuh  Purba  di  Jawa. Diantaranya: •  Kerajaan  Galuh  Rahyang  yang  berlokasi  di  Brebes,  beribukota  di  Medang  Pangramesan •  Kerajaan  Galuh  Kalangon  yang  berlokasi  di  Roban,  beribukota  di  Medang  Pangramesan •  Kerajaan  Galuh  Lalean  yang  berlokasi  di  Cilacap,  beribukota  di  Medang  Kamulan •  Kerajaan  Galuh  Tanduran  yang  berlokasi  di  Pananjung,  beribukota  di  Bagolo •  Kerajaan  Galuh  Kumara  yang  berlokasi  di  Tegal,  beribukota  di  Medangkamulyan •  Kerajaan  Galuh  Pataka  yang  berlokasi  di  Nanggalacah,  beribukota  di  Pataka •  Kerajaan  Galuh  Nagara  T engah  yang  berlokasi  di  Cineam,  beribukota  di  Bojonglopang •  Kerajaan  Galuh  Imbanagara  yang  berlokasi  di  Barunay  (Pabuaran),  beribukota  di  Imbanagara •  Kerajaan  Galuh  Kalingga  yang  berlokasi  di  Bojong,  beribukota  di  Karangkamulyan.
           Kerajaan   Galuh   Purba   mempunyai   wilayah   yang   sangat   luas   dari   Indramayu,   Cirebon,   Brebes, Tegal,  Pemalang,  Bumiayu,  Banyumas,  Cilacap,  Purbalingga,  Banjarnegara,  Kebumen  dan  juga  ada yang  menyatakan  sampai  Kedu,  Kulonprogo  juga  Purwodadi.
Pada  Babad  Pustaka  Rajya-­Rajya  i  Bhumi  Nusantara  (tulisan  Pangeran  Wangsakerta  dari  Cirebon) mengatakan  bahwa  3  wangsa  yang  yang  berkembang  pada  abad  VII  –  VIII  adalah  Wangsa  Kalingga, Wangsa   Sanjaya   dan   Wangsa   Sailendra,   yang   juga   ada   kesamaan   dengan   tulisan   Fruin-­Mees   : Geschiedenis  van  Java,  1919,  halaman  16-­20.  
Yang   berarti   bahwa   Kerajaan   Galuh   Kalingga   yang   sebelumnya   merupakan   bagian   kerajaan   Galuh Purba,   nantinya   akan   berkembang   pesat   dan   pamornya   mengalahkan   Kerajaan   Galuh   Purba. Apalagi   setelah   pusat   kerajaan   Galuh   Purba   berpindah   ke   Garut   –   Kawali   (Prasasti   Bogor)   dan menjadi  bawahan  Kerajaan  Tarumanegara  pada  masa  pemerintahan  Purnawarman  (395  -­434  M).

Kerajaan  Tarumanegara
Abad  IV  -­  Abad  VII Kerajaan  ini  berkuasa  di  Jawa  bagian  barat,  dan  beribukota  di  Sundapura  (Bekasi),  dan  merupakan kelanjutan   dari   kerajaan   Salaknegara   (130   -­   362   M).   Kerajaan   ini   adalah   kerajaan   Hindu   tertua   di pulau  Jawa  yang  beralirah  Hindu  Wisnu.  Menurut  sejarah  bahwa  kekuasaan  hanya  di  sekitar  Banten, Jakarta,   Bogor   dan   Bekasi   namun   luas   pengaruhnya   hingga   daerah   Tegal   (Galuh   Kumara), Banyumas  (Galuh  Purba)  dan  Bagelan.

Kerajaan  Galuh-­Kawali
Abad  III  –  Abad  VI Kerajaan  Galuh  Purba  berpindah  ke  Garut  –  Kawali  (Prasasti  Bogor)  dan  menjadi  bawahan  Kerajaan
T arumanegara  pada  masa  pemerintahan  Purnawarman  (395  -­  434  M).
Keturunan   Galuh   Kawali   banyak   yang   kawin   dengan   keturunan   kerajaan   Kalingga,   sehingga menyebabkan  raja-­rajanya  banyak  keturunan  kerajaan  kalingga.  Setelah  pusat  kerajaan  di  pidah  ke Garut,   pengaruh   kebudayaan   makin   lama   makin   pudar   dan   berganti   pengaruh   dari   kerajaan kalingga.  
Kerajaan   Tarumanegara   mulai   pudar   pada   masa   pemerintahan   Prabu   Tarusbawa     669   M,   dan Kerajaan   Galuh   –   Kawali   sudah   menjadi   Kerajaan   yang   kuat   dan   banyak   dari   keturunannya   yang kawin   dengan   keturunan   kerajaan   Kalingga.   Sehingga   Raja   Galuh   Wretikandayun   berani   meuntuk kekuasaan   dari   Kerajaan   Tarumanegara.   Raja   Galuh   Wretikandayun   menjadi   Raja   Galuh   yang merdeka,     waktu   Prabu   T arusbawa   mewariskan   tahta   T arumanegara   lewat   Putri   Manasih,   istrinya (putri   pertama   Prabu   Linggawarman).   Tarumanegara   kemudian   menjadi   kerajaan   Sunda   dan memindahkan   pusat   pemerentahan   ke   Sundapura   agar   pamornya   naik   lagi,   namun   ini   menjadi alasan     Wretikandayun   untuk   memisahkan   Kerajaan   Galuh   -­   Kawali   menjadi   Kerajaan   Galuh,   dan meminta   dukungan   Kerajaan   Kalingga   (Kerajaan   Besan).   Karena   Putra   Mahkota   Kerajaan   Galuh yaitu  Rahiyang  Mandiminyak  menikah  dengan  Putri  Maharani  Shima  bernama  Parwati.
Wilayah  Kerajaan  Galuh  antara  Sungai  Citarum  dan  Sungai  Cipamali  sebelah  barat  gunung  Slamet. Jadi  kemungkinan  wilayah  selatan  gunung  Slamet  merupakan  wilayah  Kerajaan  Kalingga

Kerajaan  Kalingga  –  Mataram  Kuna
Abad  V  –  Abad  IX Kerajaan  Kalingga  atau  Kerajaan  Ho-­ling  merupakan  kerajaan  Budha  yang  di  pimpin  oleh    Ratu  Sima atau   Putri   Maharani   Shima   (tahun   674   M)   salah   satu   pendirinya   merupakan   keturunan   dari   Negara bagian  Orrisa  di  India.
Setelah   Maharani   Shima   meninggal   di   tahun   732   M,   Sanjaya   menggantikan   buyutnya   dan   menjadi raja   Kerajaan   Kalingga   Utara   yang   kemudian   disebut   Bhumi   Mataram,   dan   kemudian   mendirikan Wangsa  Sanjaya  di  Kerajaan  Medang.  Kerajaan  Kalingga  (Budha)  berubah  menjadi  Medang  (Hindu beraliran   Siwa)   yang   dipimpin   Raja   Sanjaya   atau   Rakai   Mataram   pada   Tahun   732   M   (   Prasasti Canggah),     ibukota   Kerajaan   berada   di   Medang   Kemulan.   Candi-­candi   Siwa   (Hindu)   di   Dieng Banjarnegara    dibangun  pada  masa  ini.
Menurut   teori   van   Naerssen,   pada   masa   pemerintahan   Rakai   Panangkaran   (pengganti   Sanjaya sekitar   tahun   770-­an),   kekuasaan   atas   Medang   dikuasai   dan   direbut   oleh   Wangsa   Sailendra   yang beragama   Buddha   Mahayana.   Mulai   saat   itu   Wangsa   Sailendra   berkuasa   di   Pulau   Jawa,   bahkan berhasil   pula   menguasai   Kerajaan   Sriwijaya   di   Pulau   Sumatra.   Pada   tahun   778   Candi   Kalasan (Budha) di   bangun   untuk   menghormati   dewi   Tara.   Juga   mahakarya   terbesar   Borobudur   yang   di perkirakan   dibangun   antara   750M   dan   selesai   dibangun   pada   masa   pemerintahan   raja Samaratungga  (812-­833). Sampai  akhirnya,  sekitar  tahun  840-­an,  seorang  keturunan  Sanjaya  bernama  Rakai  Pikatan  berhasil menikahi  Pramodawardhani  putri  mahkota  Wangsa  Sailendra.  Berkat  perkawinan  itu  ia  bisa  menjadi raja  Medang,  dan  memindahkan  istananya  ke  Mamrati  di  daerah  Kedu.

Menurut   teori   van   Bammelen   Letusan   Merapi   yang   dahsyat   menyebabkan   pusat   kerajaan   Medang pindah  ke  Jawa  Timur.
Antara   abad   sembilan   hingga   duabelas,   tidak   ada   catatan   sejarah   yang   menerangkan   tentang daerah   selatan   Gunung   Slamet.   Baru   setelah   kebangkitan   Majapahit   yang   pernah   mencapai   masa keemasan   dengan   menguasai   seluruh   Jawa,   yang   berarti   bahwa   wilayah   Gunung   Slamet   bagian selatan  merupakan  wilayah  kekuasaannya  juga.

Perlu  Diingat  ! 0  -­  600  M  (Hindu-­Buddha  pra-­Mataram)          
Salakanagara Tarumanagara Sunda-­Galuh   Kalingga Kanjuruhan 600  -­  1500  M  (Hindu-­Buddha)          
Mataram  Hindu Kahuripan Janggala
Kadiri Singasari   Majapahit Pajajaran   Blambangan

1500  M  -­  sekarang  (Islam)          


            Sepintas lalu pohon ini tampak seperti pohon biasa, namun demikian bila anda cermati lebih dekat secara langsung pohon ini mempunyai warna yang khas coklat kekuningan layaknya logam tembaga.
Pohon ini merupakan “prasasti” hidup sejarah Banyumas, karena menurut babad dan cerita sejarah Banyumas dari sini titik tonggak sejarah dimulainya / dibangunnya Kabupaten Banyumas . Pohon ini terletak di daerah yang pertama kali dibangun sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Banyumas di hutan Mangli daerah Kejawar dan sekarang terletak di Desa Kalisube Grumbul Mangli, Kecamatan Banyumas.
Tempat awal pemerintahan dan nama Banyumas.
Menurut penelitian, maka hutan Mangli daerah Kejawar sebagai tempat pertama dibangunnya pusat pemerintahan Adipati Wargo Oetomo II (Djoko Kahiman / Adipati Mrapat) setelah meninggalkan Wirasaba.
Menurut riwayat yang juga dipercayai masyarakat, beliau menerima wisik
supaya pergi ke suatu tempat tumbuhnya pohon Tembaga. Di hutan Mangli inilah diketemukan pohon Tembaga yang dimaksud ; yaitu di sebelah Timur pertemuan sungai Pasinggangan dan sungai Banyumas. Kemudian mulailah dibangun tempat tersebut sebagai pusat pemerintahan dengan dibiayai oleh Kjai Mranggi Semu di Kejawar.
Ketika sedang sibuk-sibuknya membangun pusat pemerintahan itu, kebetulan
pada waktu itu ada sebatang kayu besar hanyut di sungai Serayu. Pohon tersebut namanya pohon Kayu Mas yang setelah diteliti berasal dari Desa Karangjambu (Kecamatan Kejobong, Bukateja, Kabupaten Purbalinga), sekarang sebelah timur Wirasaba. Anehnya kayu tersebut terhenti di sungai Serayu dekat lokasi pembangunan pusat pemerintahan. Adipati Marapat tersentuh hatinya melihat kejadian tersebut, kemudian berkenan untuk mengambil Kayu Mas tersebut untuk dijadikan Saka Guru. Karena kayu itu namanya Kayu Mas dan hanyut terbawa air (banyu), maka pusat emerintahan yang dibangun ini kemudian diberi nama Banyumas (perpaduan antara air (banyu) dan (Kayu Mas).
Riwayat singkat Raden Djoko Kahiman (Adipati Marapat).
Riwayat Djoko Kahiman atau Raden Djoko Semangoen adalah putra Raden Harjo Banjaksosro Adipati Pasir Luhur yang sejak kecil diasuh dan diambil anak angkat oleh Kjai dan Njai Mranggi Semoe di Kejawar. Kjai Mranggi sebenarnya namanya adalah Kjai Sambarta dan Njai Mranggi adalah Njai Ngaisah.
Setelah Raden Djoko Kahiman dewasa lalu mengabdikan dirinya pada Kjai adipati Wirasaba yang bernama Adipati Wargo Oetomo I dan akhirnya Raden Djoko Kahiman menjadi menantu Wargo Oetomo I, dinikahkan dengan putri sulungnya yang bernama Rara Kartimah.
Suatu ketika Adipati Wirasaba mendapat titah Sultan agar mempersembahkan salah seorang putrinya untuk dijadikan garwa ampean. Oleh Sang Adipati dipersembahkan putri bungsunya yang bernama Rara Soekartijah, yang pada masa kecilnya pernah dijodohkan
dengan putra saudaranya yaitu Ki Ageng Tojareka, namun setelah dewasa Rara Soekartijah menolak untuk berumah tangga dan bercerai sebelum berkumpul.
Sakit hati Ki Ageng Tojareka kemudian membuat fitnah yang menyebabkan murka Sultan Pajang dan menyuruh Gandek supaya membunuh Adipati Wirasaba dalam perjalanan pulang tanpa penelitian terlebih dahulu. Tetapi sesudah diteliti menyesallah Sultan Pajang, kemudian menyuruh Gandek untuk menyusul Gandek terdahulu supaya membatalkan rencana membunuh Adipati Wargo Oetomo I, namun sudah terlambat. Tempat terjadinya di Desa Bener, maka Adipati Wargo Oetomo I juga terkenal dengan sebutan Adipati Sedo Bener, sedangkan makam beliau di pasarehan Pakiringan, sebelah timur kota Banyumas, sekarang masuk wilayah  Purworejo Klampok.
Penyesalan Sultan Pajang kemudian menitahkan memanggil putra Adipati Wirasaba supaya menghadap ke Kesultanan Pajang, namun semua putra Wargo Oetomo I tidak ada yang berani menghadap, akhirnya dengan jiwa heroik dan patriotis karena anggapannya akan dibunuh juga, berangkatlah Raden Djoko Kahiman menghadap Sultan Pajang. Di luar dugaan Raden Djoko Kahiman malah diangkat menjadi Adipati Wirasaba VII dengan gelar Adipati Wargo Oetomo II untuk menggantikan Adipati Wargo Oetomo I yang telah wafat karena kesalahpahaman. Sultan Pajang memberikan segala kebijaksanaan Kadipaten Wirasaba kepada Wargo Oetomo II.
Dengan kebesaran jiwanya Adipati Wargo Oetomo II tidak ingin mementingkan dirinya sendiri (mukti sendiri), karena beliau adalah anak
mantu, maka mohon restu agar diperkenankan untuk membagi daerah
kekuasaan Wirasaba menjadi 4 daerah.
Menurut penelitian dan hasil seminar, hari, tanggal, bulan, tahun diangkatnya Raden Djoko Kahiman menjadi Adipati Wirasaba VII yang bergelar Adipati Wargo Oetomo II adalah : Jumat Kliwon, tanggal 12 Rabiul awal 990 H bertepatan dengan tanggal 6 April 1582 M.
Sekembalinya dari Pajang maka Raden Djoko Kahiman yang telah
diangkat menjadi Adipati Wirasaba VII, beliau membagi daerah
kekuasaannya menjadi empat, yaitu :
1. Banjar Pertambakan diberikan kepada Kjai Ngabehi Wirojoedo.
2. Merden diberikan kepada Kjai Ngabehi Wirokoesoemo.
3. Wirasaba diberikan kepada Kjai Ngabehi Wargowidjojo.
4. Sedangkan beliau merelakan kembali ke Kejawar dengan maksud
mulai membangun pusat pemerintahn yang baru.
Berdasarkan penelitian sejarah ditetapkan Hari  Jadi Kabupaten Banyumas adalah hari Jumat Kliwon, tanggal 12 Rabiul awal 990 Hijriyah bertepatan dengan 6 April 1582 Masehi. (sumber : sejarah Banyumas)

Diceritakan Raden Haryo Baribin dan beberapa abdinya yang setia melarikan diri dari Kerajaan Majapahit, demi mendengar sang kakak, yaitu Prabu Brawijaya V memerintahkan orang untuk membunuhnya. Prabu Brawijaya V merasa khawatir karena Raden Haryo Baribin sangat disegani di kalangan istana. Dia takut kalau-kalau pada suatu ketika adiknya ini akan merebut tahtanya.
Dalam pelariannya, sampailah Raden Baribin di kerajaan Pajajaran yang kala itu diperintah oleh Prabu Siliwangi. Mendengar berita kedatangan adik raja Majapahit tersebut, Prabu Siliwangi memberikan suaka kepada Raden Haryo Baribin. Hingga pada akhirnya Raden Haryo Baribin menetap dan dinikahkan dengan Dewi Retna Pamekas, adik dari Prabu Siliwangi.
Dari pernikahannya ini, Raden Haryo Baribin dikaruniai tiga orang putra dan seorang putri. Putra pertama, yaitu Raden Jaka Katuhu, dikemudian hari menjadi bupati Wirasaba (wilayah Purbalingga), Putra kedua, yaitu Raden Banyak Sasra, wafat diusia muda dan meninggalkan putra yang masih kecil, Raden Jaka Kahiman. Putra ketiga, Raden Banyak Kumara, dan putri keempat, Rara Ngaisah, dikemudian hari dijadikan istri oleh Kiai Mranggi Kejawar. Dialah yang membesarkan kemenakannya, Jaka Kahiman, yang ditinggal wafat oleh ayahnya.
Raden Jaka Kahiman inilah yang pada masanya, dianggap sebagai bupati Banyumas, yang menurunkan bupati-bupati 12 keturunan.

Kisah Raden Jaka Kahiman.

Pada suatu hari, Prabu Linggakarang dari Kerajaan Bonokeling, ingin menguji kesaktian Prabu Brawijaya V. Diutusnya seorang patih bernama Ki Tolih ke Majapahit. Ki Tolih pun berangkat dengan mengendarai seekor burung besar (sejenis garuda) yang dinamai burung Mahendra. Dan bersenjatakan keris tanpa sarung.
Pada waktu itu, Prabu Brawijaya mempunyai firasat yang tidak baik. Dia memerintahkan untuk menutup semua sumur dan mata air di Majapahit. Tetapi, ada satu sumur yang tidak di tutup, yaitu sumur di daerah kepatihan yang dijaga oleh Raden Arya Gajah.
Sesampainya di Majapahit, burung Mahendra kehausan. Setelah mencari kesana kemari, sampailah mereka di sumur yang terletak di kepatihan. Begitu burung Mahendra hendak minum dari sumur tersebut, tiba-tiba dihadang oleh Raden Arya Gajah dan dibunuh. Ki Tolih pun ditangkap.
Ketika Ki Tolih akan diadili dihadapan raja, tiba-tiba kuda milik Prabu Brawijaya terlepas dan memberontak. Tidak ada seorangpun yang dapat menangkapnya. Melihat itu, Ki Tolih memohon untuk membantu asalkan ia diberi tali kekang burung Mahendra Prabu Brawijaya mengijinkan dengan syarat bila berhasil, Ki Tolih akan dibebaskan dan diangkat menjadi pembesar Majapahit. Tetapi bila gagal, dia akan dihukum mati.
Dan benar saja, begitu kuda raja, yang dinamai Kiai Joyotopo, melihat tali kekang burung Mahendra di tangan Ki Tolih, langsung jinak kembali. Prabu Brawijaya masih belum begitu saja mempercayai Ki Tolih. Dilepasnya seekor singa buas. Ternyata singa itu pun langsung jinak begitu melihat tali kekang tadi.
Sesuai janji Prabu Brawijaya, Ki Tolih dibebaskan, tetapi dia menolak menerima hadiah dan jabatan. Dia memilih menetap di Majapahit. Permintaan Ki Tolih dikabulkan. Keris miliknya pun, yang tanpa sarung, juga dikembalikan pada Ki Tolih.
Setelah beberapa lama menetap di Majapahit, Ki Tolih berniat memesan sarung (wrangka) untuk kerisnya. Dia pergi ke daerah Banyumas dan menemui seorang ahli keris, Kiai Mranggi Kejawar.
Kiai Mranggi Kejawar, yang tak lain adalah ayah angkat Raden Jaka Kahiman, menyanggupi membuat sarung untuk keris Ki Tolih. Namun tiba-tiba keris itu hilang saat diserahkan kepada Kiai Mranggi Kejawar. Mereka berdua terperanjat. Kemudian Ki Tolih mengatakan bahwa mungkin keris itu memang bukan haknya.
Pada saat yang bersamaan, Raden Jaka Kahiman yang sedang dalam perjalanan dari Wirasaba menuju Kejawar, ke rumah orang tua angkatnya, untuk memberitahukan rencana pernikahannya dengan putri Adipati Wirasaba. Tiba-tiba ia merasakan sesuatu menyelinap di ikat pinggangnya. Ternyata itu adalah sebilah keris tanpa sarung. Dia sangat keheranan.
Sesampainya di Kejawar, Kiai Mranggi dan Ki Tolih yang masih ada di sana terheran-heran melihat Jaka Kahiman dating memakai keris tanpa sarung yang ternyata keris milik Ki Tolih.
Ketika ditanyakan oleh Ki Tolih, apakah Jaka Kahiman menyukai keris tadi, Jaka Kahiman mengatakan kalau dia amat suka dengan keris itu, tetapi tidak mau memilikinya karena bukan haknya.
Ki Tolih dengan iklas memberikan keris itu kepada Jaka Kahiman dan berpesan agar dipakai pada saat upacara pernikahannya.
Demikianlah, Raden Jaka Kahiman selain sebagai seorang yang “terpilih”, dia adalah seorang yang jujur dan baik hatinya.
Keberadaan sejarah Kabupaten Banyumas sebagai pendirinya yang pertama adalah Raden Joko Kahiman yang kemudian meniadi Bupati yang pertama dikenal dengan julukan atau gelar ADIPATI MARAPAT (ADIPATI MRAPAT).
Riwayatnya diawali dari jaman Pemerintahan Kesultanan PAJANG ( 1568-1587 ), yang didirikan oleh Joko Tingkir. Pajang sebelumnya merupakan daerah kadipaten di bawah Kesultanan Demak. Kesultanan pajang terletak di daerah kartasura (dekat surakarta atau solo), Jawa tengah. Kesultanan ini merupakan kerajaan islam pertama yang terletak di daerah pedalaman. Sebelumnya, kerajaan islam selalu berada di daerah pesisir, karena islam datang melalui para pedagang dari asia barat yang berlabuh di pesisir. Sultan pertama pajang adalah mas kerebet. Ia berasal dari pangging, desa di lereng Gunung Merapi sebelah tenggara. Mas kerebet adalah anak penguasa pengging terakhir, handayaningrat, yang dihukum mati oleh sultan Kudus. Hukuman mati itu diberikan karena Handayaningrat mengikuti ajaran syekh Siti Jenar yang dianggap sesat. Mas karebet memiliki nama lain, yakni Jaka Tingkir. Tingkir adalah nama tempat mas Kerebet dibesarkan. Syahdan, seekor banteng mengamuk di demak. Sebuah sayembara pun diadakan di Demak. Kesultanan demak menyatakan bahwa siapa saja yang dapat menaklukkan banteng itu, akan diangkat sebagai punggawa kesultanan. Jaka tingkir mengikuti sayembara tersebut, dan ia berhasil melumpuhkan si banteng. Karenanya, Jaka Tingkir diterima mengabdi, bahkan kemudian menjadi menantu Sultan Trenggana dan diberi sebuah wilayah bernama pajang, dengan Jaka Tikir sebagai adipatinya. 


Setelah sultan trenggana meninggal pada tahun 1546, anaknya yang bernama Sunan Prawoto diangkat sebagai penggantinya. Akan tetapi, ia kemudian meninggal terbunuh dalam perebutan kekuasaan oleh keponakannya sendiri, yaitu Arya Panangsang.
Selanjutnya, Arya Penangsang menjadi penguasa demak. Namun karena kadipaten pajang juga telah beranjak kuat dan memiliki wilayah yang luas terjadilah pertentangan antara jaka tingkir dan arya penangsang. Dengan bantuan dari kadipaten-kadipaten lainnya yang juga tidak menyukai arya penangsang, jaka tingkir akhirnya berhasil membunuh Arya Penangsang.
Kisah menaklukan arya penangsang terekam di dalam cerita babad, tentu saja dengan bumbu-bumbus mitos. Dikisahkan dalam Babad Tanah Jawi, Jaka Tingkir mendapat bantuan dari tiga orang yaknik Ki Ageng Pemanahan, Ki Penjawi, Ki Juru Mertani. Arya Penangsang terkenal sakti, karena merupakan murid utama sunan Kudus, senapati perang kerajaan demak. Untuk menghadapi kesaktian penangsang, ketiga orang itu membuat strategi.
Taktik dijalankan, awalnya dengan menangkap dan melukai telinga kuda kesayangan Arya Penangsang, Gagak Rimang. Kuda itu kemudian dikembalikan ke kandangnya. Mengetahui hal itu, Arya Penangsang sangat murka, dan langsung mencari yang dianggap bertanggung jawab.
Dilihatnya, orang yang melekuia Gagang Rimang lari ke tepi Bengawan Solo, Maka arya penangsang mengejarnya. Di sana pasukan ki pemanahan, Ki Penjawi, dan Ki Juru Martani sudah menunggu. Saat itu danang Sutawijaya anak ki Gede Mataram, sudah menunggu di balik gerumul semak di seberang sungai.
Ketika Arya penangsang tiba di tepi bengawan, diseberang dilepaskan seekor kuda betina. Maka, gagak rimang langsung mengejar kuda betina tersebut tanpa bisa dikendalikan, dan menyeberangi bengawan solo. Di seberang bengawan, Danang Sutawijaya sudah siap, menghunus tombank Kyai Plered. Begitu posisi dekat, Arya Penangsang ditikam dengan tombak di tangan Sutawijaya. Ia terjatuh, ususnya terburai. Namun, arya penangsang bangkit lagi, dan melilitkan ususnya di kerisnya, Kyai Setan Kober. Lantas ia menerjang sutawijaya, sambil menghunus kerisnya. Tetapi ia lupa, keris sakitnya terlilit ususnya sendiri, hingga malah menggores ususnya itu. arya penangsang tewas seketika.
Sebagai raja pajang, jaka tingkir bergelar Sultan Hadiwijaya (1568 – 1582). Gelar itu disahkan oleh sunan Giri, dan segera mendapat pengakuan dari para adipati di jawa tengah dan jawa timur. Sebagai langkah pertama peneguhan kekuasaan, hadiwijaya memerintahkan agar semua benda pusaka demak dipindahkan ke Pajang. Setelah itu, ia menjadi salah satu raja yang paling berpengaruh di Jawa. Kerajaan Pajang  (1568–1587)  hanya  memiliki  tiga  Raja  dan  raja  yang  terakhir  adalah  Pangeran Benawa  yang  berkuasa  sampai  tahun  1587  M.
 Saat   Adipati   Warga   Utama   I   menjabat   mempunyai   banyak   panakawan   yang   diambil   dari   para petinggi   dan   kadipaten   Wirasaba.   Para   panakawan   tidur   di   halaman.   Pada   suatu   malam   pada   saat bulan   purnama,   Adipati   Warga   Utama   melihat   cahaya   masuk   ke   dalam   tubuh   salah   seorang panakawan   yang   tidak   dikenali   oleh   Sang   Adipati.   Oleh   karena   itu,   Sang   Adipati   merobek   bebed panakawan   tersebut   untuk   mengenalinya.   Pada   pagi   harinya,   panakawan   yang   di   sobek   bebednya dipanggil,  ternyata  punakawan  tersebut  adalah  Jaka  kaiman  punakawan  dari  Kejawar  dan  setelah  itu diberitahunya  bahwa  ia  akan  dijadikan  menantu.  Jaka  Kaiman  akan  dinikahkan  dengan  puteri  Adipati Warga  Utama  yang  bernama  Rara  Kartimah  dan  uang  lima  riyal  sebagai  pitukon.  
Jaka   Kaiman   disuruh   pulang   oleh   Sang   Adipati   agar   memberitahukan   ayahnya   dan   diikuti   oleh   dua orang  utusan  dari  Wirasaba.  Karena  tidak  mampu,  Kiai  Mranggi  Kejawar  (ayah  angkat  Jaka  Kaiman) meminta   bantuan   keuangan   kepada   Banyak   Kumara   di   Kaleng.   Sebenarnya   Joko   Kaiman   adalah putera   Raden   Banyak   Cotro   dengan   ibu   adalah   puteri   Adipati   Banyak   Geleh (Wirakencana/Mangkubumi  II)  dari  Pasir  Luhur.  Semenjak  kecil  Raden  Joko  Kaiman  diasuh  oleh  Kyai Mranggi   di   Kejawar,   yang   terkenal   dengan   nama   Kyai   Sembarta   dengan   Nyi   Ngaisah   yaitu   puteri Raden  Baribin  yang  bungsu.
Di   situ,   Kiai   Mranggi   berjumpa   dengan   Ki   Tolih.   Ki   Tolih   adalah   utusan   Raja   Negeri   Keling   untuk membunuh  raja  Majapahit  Brawijaya.  Namun  usaha  itu  gagal,  bahkan  Ki  Tolih  dapat  di  tawan  oleh  Ki Gajah.   Pada   saat   bersamaan   Raja   Brawijaya   mengadakan   sayembara   untuk   menangkap   kudanya
yang   mengamuk   di   tengah   kota   Majapahit   karena   kerasukan   roh   Burung   Endra   yang   mati   dibunuh oleh   Ki   Gajah.   Dengan   hadiah   Tanah   dan   Putrinya.   Sebagai   seorang   tawanan   Ki   Tolih memberanikan   diri   untuk   mengikuti   sayembara   tersebut,   karena   tak   satupun   orang     yang memenangkannya.   Dengan   mudah   Ki   Tolih   menaklukan   kuda   yang   kerasukan   roh   itu   dan memenangkan  sayembara  tersebut.  Namun  Ki  T olih  menolak  semua  hadiah  yang  di  janjikan,  tapi  dia meminta   keris   gajah   Endra   yang   dibawanya   dari   negeri   Keling.   Setelah   itu,   Ki   T olih   mengembara sampai   ke   daerah   Kaleng   dan   mengabdi   kepada   Adipati   kaleng,   hingga   di   ceritakan   setelah pengabdiannya  di  Kaleng,  rakyat  hidup  makmur.
Setelah  mendengar  cerita  tentang  Kadipaten  Wirasaba  dan  tawaran  dijadikan  menantu  oleh  Adipati di   Wirasaba,   Ki   T olih   menghadiahkan   Keris   Gajah   Endra   Ke   pada   Jaka   Kaiman   dan   memesankan warangka   kerisnya   kepada   Kiai   Mranggi   ayahnya.   Namun   Ki   T olih   melarang   membawa   keris   Gajah Endra   ke   medan   pertempuran   selama   tujuh   turunan,   karena   keris   tersebut   pernah   dipake   untuk usaha  membunuh  Brawijaya  dan  Penguasa  Wirasaba  ada  kaitan  erat  dengan  Brawijaya.  Ki  tolihpun meramalkan   Jaka   Kaiman   akan   menjadi   Penguasa   di   Wirasaba   dan   akhirnya   keris   Gajah   Endra   di bawanya   pulang   ke   Kejawar.   Jaka   kaiman   kembali   ke   Wirasaba   dan   menikahi   Rara   Kartimah   putri dari  Adipati  Warga  Utama  I.  
Pada   masa   kekuasaan   Sultan   Adiwijaya   (Sultan   Pajang)   memerintahkan   kepada   para   Adipati   di seluruh   kadipaten   kekuasaannya   untuk   menyerahkan   seorang   putri   untuk   dijadikan   pelara-­lara. Warga   utama   I   memilih   putrinya   Raden   Rara   Sukartiyah/Sukesi   (bekas   menantu   Ki   Demang T oyareka)   untuk   di   persembahkan,   dan   pada   Sabtu   Paing   mereka   berangkat   ke   Pajang.   Kemudian anak  Ki  Demang  Toyareka  tahu  dan  marah-­marah.  Kemudian  bersama-­sama  dengan  pengawalnya pergi   ke   Pajang   untuk   meminta   keadilan.   Putra   Ki   Demang   T oyareka   menyatakan   kepada   gandek kesultanan   Pajang   bahwa   istrinya   di   serahkan   oleh   Adipati   Wirasaba   untuk   di   jadikan   pelara-­lara. Maka   sampailah   berita   ini   kepada   Sultan   Adiwijaya   tanpa   menanyakan   dulu   kepada   Raden   Rara Sukartiyah.
Maka   dengan   angkara   murka   diutuslah   tiga   gandek   untuk   membunuh   Adipati   Warga   Utama   I   yang dalam   perjalanan   pulang   ke   Wirasaba.   Ditengah   perjalanan   Adipati   Warga   Utama   I   memutuskan untuk   sekedar   mampir   di   rumah   Ki   Ageng   Bener   di   desa   Bener,   Ambal   Kebumen.   Disana   Adipati Warga  Utama  I  di  terima  di  bale  malang  dan  di  jamu  Pindang  Banyak.  Karena  jaraknya  tidak  terlalu jauh,   ketiga   gandek   utusan   sultan   Pajang   sampai   di   rumah   Ki   Ageng   Bener   saat   Adipati   sedang makan  jamuan  pindang  banyak.
Beberapa  saat  setelah  Sultan  Pajang  mengirim  gandek  yang  pertama,  Sultan  baru  menanyai  Raden Rara   Sukartiyah.   Dan   ternyata   Sultan   salah   besar,   Raden   Rara   Sukartiyah   sudah   diceraikan   oleh Adipati  Warga  Utama  I  dari  Raden  Mangun  anak  Ki  Demang  Toyareka,  karena  hubungan  terlarang dalam   Islam   (menikah   dengan   sepupu).   Maka   dengan   segera   Sultan   mengirim   gandek   untuk membatalkan  pembunuhan  terhadap  Adipati  Wirasaba.  
Gandek   yang   menyusul   sampai   di   desa   Bener   melambai-­lambai   dari   kejauhan   setelah   melihat gandek   yang   pertama   berada   di   dekat   Adipati   Warga   Utama   I,   dengan   maksud   jangan   membunuh, tapi   justru   gandek   yang   pertama   berfikir   untuk   segera   membunuk   Adipati   Warga   Utama   I.   Maka   di tikamlah  tepat  di  dadanya  sang  Adipati.  Kedua  kelompok  gandek  saling  menyalahkan  satu  sama  lain, namun   Adipati   sempat   memberi   pesan   untuk   jangan   bertengkar   dan   melaporkan   kepada   sultan bahwa   pembunuhan   tidak   dapat   di   cegah   oleh   gandek   yang   dating   berikutnya.   Adipati   pun   percaya bahwa  ini  adalah  takdir  untuk  kematiannya.  
Setelah  kematian  Adipati  Warga  Utama  I,  Sultan  Pajang  Adiwijaya  kebingungan  dan  merasa  sangat bersalah  dan  atas  kejadian  ini.  Maka  dengan  segera  Sultan  Pajang  memanggil  putera  Adipati  Warga Utama  I,  namun  tidak  ada  yang  berani  menghadap.  Maka  satu  dari  dua  putra  menantu  Adipati  yaitu Raden   Joko   Kaiman   (suami   R.   Rara   Kartimah)   memberanikan   diri   untuk   menghadap   dengan menanggung   apapun   segala   resikonya.   Bukan   amarah   dan   murka   yang   di   dapat   tetapi   anugerah dijadikannya   Adipati   dengan   gelar   Adipati   Warga   Utama   II.   Karena   Raden   Joko   Kaiman   bukan keturunan  kandung  dari  Adipati  yang  terbunuh  maka  teks  pengangkatanpun  harus  dirubah.  Dan  atas kemurahan  Sultan  Pajang  akhirnya  Wirasaba  dibagi  menjadi  empat  yaitu;; 1.  Wilayah  Banjar  Pertambakan  diberikan  kepada  Kyai  Ngabei  Wirayuda. 2.  Wilayah  Merden  diberikan  kepada  Kyai  Ngabei  Wirakusuma. 3.  Wilayah  Wirasaba  diberikan  kepada  Kyai  Ngabei  Wargawijaya.
4.   Wilayah   Kejawar   dikuasai   sendiri   dan   kemudian   dibangun   dengan   membuka   hutan   Mangli dibangun  pusat  pemerintahan  dan  diberi  nama  Kabupaten  Banyumas.
Atas  pembagian  ini  maka  Adipati  Warga  Utama  II  juga  bergelar  sebagai  Adipati  Mrapat.

Dikisahkan pada saat itu telah terjadi suatu peristiwa yang menimpa diri (kematian) Adipati Wirasaba ke VI (Warga Utama ke I) dikarenakan kesalahan paham dari Kanjeng Sultan pada waktu itu, sehingga terjadi musibah pembunuhan di Desa Bener, Kecamatan Lowano, Kabupaten Purworeio (sekarang) sewaktu Adipati Wirasaba dalam perjalanan pulang dari pisowanan ke Paiang. Dari peristiwa tersebut untuk menebus kesalahannya maka Sultan Pajang, memanggil putra Adipati Wirasaba namun tiada yang berani menghadap.

Kemudian salah satu diantaranya putra menantu yang memberanikan diri menghadap dengan catatan apabila nanti mendapatkan murka akan dihadapi sendiri, dan apabila mendapatkan anugerah/kemurahan putra-putra yang lain tidak boleh iri hati. Dan ternyata diberi anugerah diwisuda menjadi Adipati Wirasaba ke VII.
Semenjak itulah putra menantu yaitu R. Joko Kahiman menjadi Adipati dengan gelar ADIPATI WARGA UTAMA II.

Kemudian sekembalinya dari Kasultanan Pajang atas kebesaran hatinya dengan seijin Kanjeng Sultan, bumi Kadipaten Wirasaba dibagi menjadi empat bagian diberikan kepada iparnya.
1. Wilayah Banjar Pertambakan diberikan kepada Kyai Ngabei Wirayuda.
2. Wilayah Merden diberikan kepada Kyai Ngabei Wirakusuma.
3. Wilayah Wirasaba diberikan kepada Kyai Ngabei Wargawijaya.
4. Wilayah Keiawar dikuasai sendiri dan kemudian dibangun dengan membuka hutan Mangli dibangun pusat pemerintahan dan diberinama Kabupaten Banyumas.

Karena kebijaksanaannya membagi wilayah Kadipaten menjadi empat untuk para iparnya maka dijuluki Adipati Marapat.

Siapakah Raden Joko Kahiman itu ?.
R. Joko Kahiman adalah putra R. Banyaksasro dengan ibu dari Pasir Luhur. R. Banyaksosro adalah putra R. Baribin seorang pangeran Majapahit yang karena suatu kesalahan maka menghindar ke Pajajaran yang akhirnya dijodohkan dengan Dyah Ayu Ratu Pamekas putri Raja Pajajaran. Sedangkan Nyi Banyaksosro ibu R. Joko Kahiman adalah putrid Adipati Banyak Galeh (Mangkubumi II) dari Pasir Luhur semenjak kecil R. Joko Kahiman diasuh oleh Kyai Sambarta dengan Nyai Ngaisah yaitu putrid R. Baribin yang bungsu.
Adipati Banyak Geleh adalah keturunan ke 9 dari R. Aria Bangah dari Galuh Pakuan putra Pajajaran.

Dari sejarah terungkap bahwa R. Joko Kahiman adalah merupakan SATRIA yang sangat luhur untuk bisa diteladani oleh segenap warga Kabupaten Banyumas khususnya karena mencerminkan :
a. Sifat altruistis yaitu tidak mementingkan dirinya sendiri.
b. Merupakan pejuang pembangunan yang tangguh, tanggap dan tanggon.
c. Pembangkit jiwa persatuan kesatuan (Majapahit, Galuh Pakuan, Pajajaran) menjadi satu darah dan memberikan kesejahteraan ke kepada semua saudaranya.

Dengan demikian tidak salah apabila MOTO DAN ETOS KERJA UNTUK Kabupaten Banyumas SATRIA.
Candra atau surya sengkala untuk hari jadi Kabupaten Banyumas adalah "BEKTINING MANGGALA TUMATANING PRAJA" artinya tahun 1582.

Bila diartikan dengan kalimat adalah "KEBAKTIAN DALAM UJUD KERJA SESEORANG PIMPINAN / MANGGALA MENGHASILKAN AKAN TERTATANYA ATAU TERBANGUNNYA SUATU PEMERINTAHAN".

Kabupaten Banyumas berdiri pada tahun 1582, tepatnya pada hari Jum'at Kliwon tanggal 6 April 1582 Masehi, atau bertepatan tanggal 12 Robiul Awwal 990 Hijriyah.
Kemudian ditetapkan dengan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas Nomor 2 tahun 1990.

PARA ADIPATI DAN BUPATI SEMENJAK BERDIRINYA
KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 1582

1. R. Joko Kahiman, Adipati Warga Utama II
2. R. Ngabei Merta Sura (1560)
3. R. Ngabei Mertasura II (Ngabei Kalidethuk) (1561 -1620)
4. R. Ngabei Mertayuda I (Ngabei Bawang) (1620 - 1650)
5. R. Tumenggung Mertayuda II (R.T. Seda Masjid, R.T. Yudanegara I) Tahun 1650 - 1705
6. R. Tumenggung Suradipura (1705 -1707)
7. R. Tumenggung Yudanegara II (R.T. Seda Pendapa) Tahun 1707 -1743.
8. R. Tumenggung Reksapraja (1742 -1749)
9. R. Tumenggung Yudanegara III (1755) kemudian diangkat menjadi Patih Sultan Yogyakarta bergelar Danureja I.
10. R. Tumenggung Yudanegara IV (1745 - 1780)
11. R.T. Tejakusuma, Tumenggung Kemong (1780 -1788)
12. R. Tumenggung Yudanegara V (1788 - 1816)
13. Kasepuhan : R. Adipati Cokronegara (1816 -1830) Kanoman : R. Adipati Brotodiningrat (R.T. Martadireja)
14. R.T. Martadireja II (1830 -1832) kemudian pindah ke Purwokerto (Ajibarang).

15. R. Adipati Cokronegara I (1832- 1864)
16. R. Adipati Cokronegara II (1864 -1879)
17. Kanjeng Pangeran Arya Martadireja II (1879 -1913)
18. KPAA Gandasubrata (1913 - 1933)
19. RAA. Sujiman Gandasubrata (1933 - 1950)
20. R. Moh. Kabul Purwodireja (1950 - 1953)
21. R. Budiman (1953 -1957)
22. M. Mirun Prawiradireja (30 - 01 - 1957 / 15 - 12 - 1957)
23. R. Bayi Nuntoro (15 - 12 - 1957 / 1960)
24. R. Subagio (1960 -1966)
25. Letkol Inf. Sukarno Agung (1966 -1971)
26. Kol. Inf. Poedjadi Jaringbandayuda (1971 -1978)
27. Kol. Inf. R.G. Rujito (1978 -1988)
28. Kol. Inf. H. Djoko Sudantoko (1988 - 1998)
29. Kol. Art. HM Aris Setiono, SH, S.IP
30. Drs. Marjoko